Warta Fakta.com-Baru-baru ini kita mendengar kabar dari beberapa pesohor dalam negeri yang mengidap OCD atau Obsessive Compulsive Disorder. Ini adalah gangguan mental dengan pikiran yang berlebihan sehingga membuat perilaku yang ia ambil menjadi berulang-ulang. Pikiran itu tidak masuk akal dan ada ketakutan yang menyebabkan obsesi di dalamnya. OCD dalam Islam cukup mendapat perhatian dari banyak kalangan. Orang-orang Islam bukan berarti tidak akan pernah terkena OCD meskipun mereka telah menjalani kehidupan yang teratur dan sesuai syariah.

Obsesi dan Ketakutan

Orang-orang dengan gangguan OCD kerap mengalami ketakutan berlebihan. Terkadang rasa ketakutan itu tak beralasan. OCD dalam Islam melihat ketakutan itu masuk dalam kategori was-was seperti tergambat dalam Surat An-Nas. Ketakutan saat berada dalam lingkungan baru dimana ia takut terkontaminasi kuman yang tak terkendali. Karena lingkungan ini tak ada dalam jangkauannya. Sangat berbeda dengan rumahnya yang ia bersihkan sendiri setiap hari demi mengenyahkan kuman dan bakteri. Akibatnya orang ini akan lebih sering cuci tangan atau menggunakan handsanitozer. Sampai pada akhirnya ia meminta izin untuk mengepel lantai berkali-kali sehabis diduduki oleh seseorang.

OCD Merusak Pergaulan

Orang-orang dengan gangguan OCD kerap diasingkan oleh lingkungan. Orang- orang di sekitarnya jadi takut untuk bergaul dengan penderita OCD karena takut membawa kontaminasi terhadapnya atau takut sakit hati. OCD dalam Islam adalah bentuk gangguan yang merusak ukhuwah Islamiah.

OCD Perbuatan Sia-sia

Semua kelompok usia bisa terkena OCD. Mulai dari anak usia 7 tahun yang benar-benar terobsesi dengan urutan buku-bukunya di meja belajar hingga remaja berusia 17 tahun yang koleksi DVD-nya di kamar tak boleh berubah sama sekali. Semua pikirannya menjadi berlebihan dan mereka tak bisa melawan pikiran itu. Akhirnya mereka bertindak berlebihan juga dengan lebih sering menyusun ulang tatanan buku atau DVD tadi sampai mengukur menggunakan penggaris kemiringan benda yang mereka susun di dalam rak. OCD dalam Islam menyoroti perbuatan yang sia-sia, tidak bermanfaat, buang waktu, buang tenaga, dan boros. Seharusnya waktu untuk menyusun ulang semua benda tadi bisa dipakai untuk mengerjakan tugas lain. Tenaga yang mereka keluarkan juga semakin banyak sehingga mereka bisa lelah berlebihan.

Pada kasus sebagian besar penderita OCD bahkan mengalami obesitas atau justru gizi buruk. Air yang seharusnya tidak mereka gunakan untuk cuci tangan berkali-kali bisa digunakan untuk membersihkan hal lain yang lebih penting. Setan selalu mengajak kita untuk melakukan hal sia-sia dan boros. Meskipun para penderita OCD tahu jika ia sudah berbuat melampui batas, namun mereka tak bisa berhenti. Orang-orang di sekitarnya yang harus peka terhadap kondisinya dan berusaha menghentikannya sebelum segalanya menjadi runyam.

Bagaimana Mengatasi OCD?

OCD dalam Islam bisa saja membuat orang-orang di sekitar penderita yang tadinya tidak peka menjadi lebih peka. Mereka sebaiknya mengajak penderita melakukan terapi pengobatan kepada ahlinya. Periksakan lebih dini gejalanya agar penderita mendapat pengobatan yang tepat sesegera mungkin. Anda juga bisa mengajak penderita OCD untuk terus berzikir kepada Allah. Anda bisa mengajaknya salat berjamaah sambil ia mendapatkan terapi kognitif. Selanjutnya, Anda bisa mengajaknya makan makanan enak di restoran bagus atau apapun yang ia senangi selama ia mendapatkan terapi dengan obat antidepresan. Orang-orang di sekitar penderita memang harus sangat sabar menghadapi gejala demi gejala yang berubah dari waktu ke waktu. Semoga salat menjadi pendorong
kesabaran.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *