wartafakta.com-Sejak masih berada dalam kandungan, ibu dan ayah adalah sosok yang sangat berhati-hati dalam menjaga kita. Terkadang ibu mengalami morning sick atau mual tak tertahankan di pagi hari. Namun, ibu berjuang melawan rasa itu demi bisa memasukkan gizi makanan ke dalam kerongkongannya karena janinnya butuh itu. Ayah juga giat bekerja demi bisa menghidupi keluarganya dan memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Saat kita sakit pun, orang tua menjadi orang yang paling khawatir dengan keadaan kita. Sudah seharusnya kita berusaha bersahabat dengan orang tua dalam Islam karena ini menjadi pintu pembuka bakti yang paling hangat.

Fase Remaja Fase Tersulit dalam Hidup Manusia

Islam memang tidak mengenal fase remaja. Namun, fase pertumbuhan seorang manusia dalam rentang usia 13 sampai 20 tahun di dunia ini seringkali menjadi fase tersulit dalam hidup seorang insan. Ini adalah fase dimana pemberontakan demi pemberontakan terjadi dalam diri seseorang. Kita tak ingin lagi mendengar orang tua mengatur ini dan itu dalam keseharian kita.

Padahal orangtua dalam sepanjang hidupnya akan selalu memperhatikan gerak-gerik kita. Mereka khawatir kita salah langkah hingga akhirnya masuk ke dalam lembah yang keliru dan jauh dari syariat Islam.

Tidak semua anak remaja sulit untuk bersahabat dengan orang tua dalam Islam. Selalu ada anak-anak remaja yang ingat akan pentingnya berdekatan terus dengan orangtua. Sebagian ada yang ingat pesan ustaz di sekolah tentang isi dari QS. Al-Ankabut ayat 8 dimana manusia wajib berbuat baik kepada orangtuanya.

Bersahabat dengan Orang Tua dalam Islam Kini dan Nanti

Bentuk bakti paling hangat terhadap orang tua adalah bersahabat dengan keduanya. Baik orang tua kandung maupun orang tua yang telah merawat kita meskipun tak pernah melahirkan kita ke dunia. Ini adalah bentuk birul walidain atau berbuat baik terhadap keduanya.

Kita bisa melakukan birul walidain kini dan nanti. Saat orang tua masih hidup, tak ada salahnya kita menunjukkan hal-hal, seperti:

  • Menaati orang tua selama bukan dalam hal maksiat.
  • Bersikap lemah lembut dan rendah hati pada keduanya. Perhatikan tone suara kita saat bicara dengan orang tua selelah apapun kita. Untuk itu, kita perlu terus mengkaji Al-Quran surat Al-Isra’ ayat 23 dan 24. jika ini bisa kita terapkan insya Allah kita bisa terus bersahabat dengan orang tua dalam Islam yang kaffah. Hati pun menjadi tenang.
  • Memohonkan ampunan orangtua kepada Allah setiap kali salat. Dengan selalu mendoakan orangtua insya Allah rezeki kita juga menjadi semakin luas.
  • Meminta restu orang tua dalam melakukan sesuatu seperti hendak melanjutkan pendidikan, hendak menikah, dan memilih tempat tinggal.

 

Saat orang tua sudah tiada, kita masih bisa menunjukkan jika kita bersahabat dengan orang tua dalam Islam. Kita bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:

  • Menerangi kubur orang tua dengan doa-doa ampunan yang kita panjatkan setiap waktu. Untuk itu, kita sebaiknya selalu berusaha untuk menjadi anak saleh agar doa-doa kita bisa Allah terima.
  • Memenuhi janji orang tua yang belum sempat mereka laksanakan. Mungkin orang tua ingin melihat kita sukses dalam pekerjaan. Penuhilah janji itu dengan sungguh-sungguh.
  • Selalu menjaga hubungan dengan para sahabat orang tua semasa hidup. Bila mungkin ayah atau ibu dulu pernah punya janji atau utang piutang yang belum sempat mereka lunasi, maka sebagai anak kita bisa memenuhi janji itu.

Kita harus selalu ingat QS. An-Nisa ayat 1 dimana Allah menekankan untuk memelihara kasih sayang dalam keluarga. Termasuk bersahabat dengan orang tua dalam Islam.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *